Monday, March 16, 2009

Facebook Ergo Sum

Akhirnya bisa reuni sabtu pagi setelah sejuta tahun lamanya tak bertemu karena alasan kesibukan para workinprojectholic dan ‘konflik’ masa lalu yang terjadi di rumah kecil ini. Reuni dihadiri satu lelaki yang kini jadi supervisi PKM dan bercita-cita cepet lepas kuliah gandanya di UGM dan UIN, satu lelaki yang agaknya bakal cepat menyandang gelar filsuf, Habermas muda yang ga sadar kalo udah tua tapi merasa belum pantes lulus, dan tiga perempuan yang ingin cepat dapat gelar sarjana dari UGM. Eh, yang satu sudah jadi dedengkot di majalah alumni.

Masalah kerjaan yang belum selesai –sorry,karena kesalahan satu orang-- lagi-lagi jadi pemersatu diantara kami –tanpa kehadirannya yang bersalah--. DASAR WORKHOLIC! Namun, diantara pembicaraan-pembicaraan seru soal kerjaan itu ada pembicaraan yang paling ga penting; facebook.

“Ya ampuuun… kok kamu ga ada facebook sih?”

“Nek butuh komunikasi kan bisa lewat HP atau YM”

Kan ga bisa walll to wall?”

“!?!?!”

Percakapan diatas termahtub antara seseorang dengan mahasiswa komunikasi yang ngakunya pengikut Habermas tapi menguasai informasi dan sekarang kena batunya karena ga tau facebook.

“Emang wall to wall kih opo to tiw? Asem kiye, dah banyak orang nanya kok aku ga eksis di FB setelah keranjingan ngopeni blog dan komik” tadi pagi mahasiswa yang biasa dipanggil Abdi itu menanyakannya padaku.

“Ya ampun.. ra ngerti? Kalah karo Putra koe, lha wong Putra we punya account” sahut Nura

“Kae aku ra sengojo, asline gawe buat Kembang Merak,” Kata Putra yang telah mengawali reuni hari itu dengan memerawani segel soes kering yang ga tau punya siapa dan untuk siapa gerangan. Pokoknya soes itu ludes tanpa ijin yang punya. Akhirnya satu angkatanku menjadi tersangka penggelapan makanan tak berdosa itu.

“wes, pokoke ajang komen-komen dari temanmu dimana eksistensimu akan digadaikan disana, hahaha, wes ndaftar FB wae nek sempat ngopeni hahaha..” jawabku

“Aseeem, kok koe wes duwe? Dasar Facebook ergo sum! Aku tak kon ndaftarke Jehan trus tak kon nggoleke konco ah..”

Wah.. ergo sum.. ergo sum… Jadi ingat Rene Descartes, jaman semono dia mendiktumkan Cogito Ergo Sum, aku berpikir maka aku ada. Lah.. kalo jaman sekarang terutama di kalangan anak muda yang doyan internet berlaku; Facebook Ergo Sum, ada facebook maka aku ada. Dasyat! Pengaruh facebook yang ternyata meraup saham sekitar 15 milyar dolar AS bahkan seorang suami membunuh istrinya karena tahu status istri di facebook masih di-single-kan. Setiap hari ratusan juta orang mengakses facebook. Tak terkecuali, pun dengan calon psikolog UGM godhokan Bu Nela di UPTB yang menggarap skripsi soal jejaring facebook.

Tatkala facebook jadi ajang representasi identitas yang tidak dapat dihadirkan secara nyata. Gambar foto diri, teks-teks identitas yang dituangkan dalam jejaring sosial virtual acapkali bukan diri orang tersebut karena dunia virtual memungkinkan untuk itu, sangat bebas. Bahkan, negara sekalipun tak dapat mengontrol jejaring semacam itu. Well, isoke lha wong yang namanya dunia virtual pastilah menjadi penjelajahan untuk menemukan peran diri, identitas dan eksistensi ketika akses terhadap beberapa jenis modal di dunia nyata terbatasi. Hahaha pokoke Facebook ergo sum!

(Hak Cipta judul ©mrizalabdi)